sasaran atau tujuan lainnya sebagaiman yang dikehendaki para pemilik. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investor swasta, investor pemerintah, kreditor dan para anggota. 3. Quasi non profit organization Tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual barang dan atau jasa dengan maksud untuk melayani masyarakat dan memperoleh keuntungan surplus. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investor pemerintah, investor swasta dan kreditor. 4. Pure non profit organization Tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual barang dan atau jasa dengan maksud untuk melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari pajak, retribusi, utang, obligasi, laba BUMN, BUMD, hibah, sumbangan, penjualan aset negara dan sebagainya. Organisasi Gereja Pengertian Organisasi Gereja Gereja atau yang biasa disebut paroki termasuk dalam kategori organisasi nirlaba, karena memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya dari subangan para anggota umat dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun dari paroki tersebut. Paroki yang dalam hal ini termasuk Paroki Administratif, Stasi, Wilayah, Lingkungan, Kelompok Kategorial dan Unit Karya di Paroki sebagai salah satu organisasi gereja mempunyai karakteristik yang berbeda dengan organisasi yang lain berdasarkan PDDP KAS 2004, pasal 10-6. Perbedaan tersebut terutama terletak pada 1. Kepemilikan Seluruh assetkekayaan yang dimiliki, kepemilikannya berada di tangan Gereja sebagai Badan Hukum Gereja berdasarkan Regeling van de rechtpositie der kergenootscappen van Ned Indie peraturan kedudukan hukum Perkumpulan Gereja tahun 1927 No. 155, jo. 156 dan 532, serta Keputusan Menteri Agama RI no. 182 tahun 2003 tentang Susunan Hirarki Gereja Katolik di Indonesia. Oleh karena itu dalam segala aspek pengelolaannya harus tunduk pada hukum gereja dan keputusan Uskup sebagai representatif gereja Constitutio Apostolica ”Quod Cristus” 3 Januari 1961 dan bila dianggap perlu, Uskup dapat mengadakan supervisi dan pemeriksaan pengelolaan harta benda dan keuangan badan hukum yang dibawahinya KHK kan. 1276. 2. Tujuan Paroki diwujudkan terutama untuk menghadirkan Gereja sebagai Sakramen yaitu tanda dan sarana kesatuan mesra dengan Allah dan persatuan umat manusia LG 1. Sebagai tanda dan alat persekutuan, gambaran yang konkret dari Gereja adalah himpunan Umat Allah dalam berbagai tingkat hirarki. Pada hakikatnya hirarki himpunan Umat Allah adalah persekutuan dari paguyuban Umat Allah communion of communities yang di dalamnya terjalin solidaritas persaudaraan antar umat se-iman yang juga menjadi kesukaan bagi orang-orang lain Kis. 242-47. Gereja menjadi ungkapan solidaritas persaudaraan yang menjawab keprihatinan kehidupan sehari-hari dengan mengutamakan mereka yang terlupakan dan menderita bdk. LG 1 dan SRJ. 42. 3. Cara memperoleh dan menggunakan sumber daya bdk. KHK kan. 1260, 1284 § 2º4 dan º6 Sumber daya yang dibutuhkan, diperoleh dari sumbangan umat yang tidak mengharapkan imbalan apapun dan digunakan untuk melakukan aktivitas karya pastoral yaitu menyelenggarakan ibadat ilahi, pewartaan, pelayan amal kasih terutama kepada yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir KLMT. Menurut Keuskupan Agung Semarang Pedoman Dasar Dewan Paroki, 2008 definisi Paroki adalah “Paroki adalah persekutuan paguyuban-paguyuban umat beriman sebagai bagian dari Keuskupan dalam batas-batas wilayah tertentu yang sudah memilik Pastor Kepala, yang berdomisili di Parokinya sendiri.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, 2002, Paroki adalah daerah kawasan penggembalaan umat Katolik yang dikepalai oleh pastor atau imam. Skema Pelayanan Gereja
Contohgereja yang menganut sistem Pemerintahan seperti ini antara lain, Gereja Katolik Roma (Paus) atau Gereja Ortodoks (Metropolitan) yang memerintah atau membawahi para uskup dari berbagai keuskupan. Selain Gereja Roma Katholik dan Gereja Ortodoks, di banyak Negara, model Episkopal ini diterapkan pula oleh gereja-gereja Episkopal, Anglikan Cara Juruselamat Memimpin Semua pemimpin Gereja dipanggil untuk membantu orang lain menjadi “pengikut sejati … Yesus Kristus” Moroni 748. Untuk melakukan hal ini, para pemimpin terlebih dahulu berusaha menjadi murid setia Juruselamat, menjalaninya setiap hari sehingga mereka dapat kembali hidup di hadirat Allah. Kemudian mereka dapat menolong orang lain mengembangkan kesaksian yang kuat dan semakin dekat kepada Bapa Surgawi dan Yesus Kristus. Program dan kegiatan Gereja menolong mencapai tujuan ini. Para pemimpin dapat dengan cara terbaik mengajar orang lain bagaimana menjadi “pengikut sejati” melalui teladan pribadi mereka. Pola ini—dengan menjadi murid yang setia untuk menolong orang lain menjadi murid yang setia—adalah tujuan di balik setiap pemanggilan di Gereja. Saat para pemimpin melayani menurut pola ini, mereka menolong para anggota Gereja berkeinginan menjadi layak untuk pernikahan bait suci dan berkat keluarga kekal. Asas-Asas Kepemimpinan Injil Bersiap secara Rohani Juruselamat memerintahkan Petrus, “Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu” Lukas 2232. Saat para pemimpin insaf dan tumbuh secara rohani, mereka dapat menolong orang lain menjadi insaf dan tumbuh secara rohani. Para pemimpin mempersiapkan diri mereka sendiri secara rohani sewaktu mereka menaati perintah-perintah, menelaah tulisan suci dan ajaran-ajaran para nabi zaman akhir, berdoa, berpuasa, serta merendahkan hati mereka di hadapan Tuhan. Dengan persiapan ini, mereka dapat menerima ilham untuk membimbing mereka dalam kehidupan pribadi mereka, tanggung jawab keluarga mereka, dan pemanggilan mereka. Berperan Serta dalam Dewan Dalam dewan, para pemimpin bertemu di bawah arahan para pejabat ketua untuk membahas cara menolong individu-individu dan keluarga-keluarga. Dibimbing oleh Roh Kudus, mereka bekerja bersama untuk menentukan cara yang efektif untuk melayani para anggota organisasi mereka. Beberapa contoh dewan dalam Gereja adalah dewan lingkungan, dewan pasak, keuskupan, serta presidensi kuorum dan organisasi pelengkap. Untuk memperoleh bimbingan mengenai berperan serta dalam dewan, lihat bab 4. Melayani Orang Lain Seperti Juruselamat, para pemimpin berupaya untuk melayani individu-individu dan keluarga-keluarga, baik secara rohani maupun secara jasmani. Mereka mengurus setiap orang, tidak hanya tentang mengelola suatu organisasi. Mereka menjangkau para anggota baru, anggota yang kurang aktif, dan mereka yang mungkin kesepian atau memerlukan penghiburan. Tujuan dari melayani adalah untuk menolong orang lain menjadi pengikut sejati Yesus Kristus. Melayani orang lain mencakup Mengingat nama mereka dan menjadi akrab dengan mereka lihat Moroni 64. Mengasihi mereka tanpa menghakimi mereka lihat Yohanes 1334–35. Menjaga mereka dan memperkuat iman mereka “satu demi satu,” sebagaimana yang dilakukan Juruselamat 3 Nefi 1115; 1721. Menjalin persahabatan yang tulus dengan mereka serta mengunjungi mereka di rumah mereka dan di tempat lain lihat A&P 2047. Mengajarkan Injil Yesus Kristus Semua pemimpin adalah guru. Pengajaran yang efektif mengilhami orang untuk memperkuat hubungan mereka dengan Allah dan hidup menurut asas-asas Injil. Pengajaran yang paling kuat dari para pemimpin datang dari teladan pribadi mereka. Para pemimpin juga mengajar dengan membagikan kesaksian mereka dan mengadakan pembahasan yang berdasarkan ajaran dalam pertemuan kepemimpinan, kelas, dan kegiatan. Mereka mengajar dari tulisan suci dan perkataan para nabi zaman akhir. Mereka tahu bahwa “pengkhotbahan firman … [telah] memiliki dampak yang lebih kuat … daripada pedang, atau apa pun yang lain” Alma 315. Selain pengajaran Injil kepada mereka sendiri, para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap bertanggung jawab atas mutu pembelajaran dan pengajaran dalam organisasi mereka. Mereka memastikan bahwa pengajaran dalam kelas-kelas mereka penuh makna, meneguhkan, dan berajaran sehat. Untuk bimbingan tambahan mengenai mengajar Injil dan mengawasi upaya meningkatkan pembelajaran dan pengajaran, lihat Mengelola Imamat atau Organisasi Pelengkap Para pemimpin akan paling efektif dalam upaya mereka untuk memperkuat orang lain saat mereka mengikuti petunjuk yang ditetapkan Gereja. Petunjuk untuk mengelola imamat dan organisasi pelengkap terdapat dalam bab 7–12. Petunjuk Tambahan bagi Pemimpin Mewakili Tuhan dan Gereja-Nya Karena para pemimpin Gereja telah dipanggil oleh Tuhan melalui para hamba-Nya yang ditetapkan, mereka mewakili Dia dan Gereja-Nya. Sebagai wakil Juruselamat, para pemimpin melihat-Nya sebagai teladan mereka. Dia berfirman “Orang macam apakah seharusnya kamu adanya? Sesungguhnya Aku berfirman kepadamu, bahkan seperti Aku” 3 Nefi 2727. Membangun Kesatuan dan Keharmonisan Tuhan telah berfirman, “Jadilah satu; dan jika kamu bukan satu kamu bukanlah milik-Ku” A&P 3827. Para pejabat ketua mengimbau kesatuan dengan mencari nasihat dari para pria dan wanita yang melayani bersama mereka. Para anggota presidensi dan dewan menolong menegakkan kesatuan dengan membagikan perasaan dan gagasan jujur mereka, berkomunikasi secara jelas, serta mendengarkan satu sama lain. Saat para pemimpin organisasi Gereja mengikuti para pemimpin imamat mereka dan saat anggota presidensi dan dewan dipersatukan, mereka dapat menerima bimbingan dari Roh Kudus serta memimpin menurut kehendak Tuhan. Mempersiapkan Orang Lain Menjadi Pemimpin dan Guru Di sejumlah lingkungan, para pemimpin berulang kali bersandar pada kelompok kecil orang untuk memberikan pelayanan dalam imamat dan organisasi pelengkap. Hal ini dapat terlalu membebani beberapa orang yang setia, dan itu juga dapat menghalangi orang lain mendapatkan pengalaman yang dapat menolong mereka belajar dan tumbuh. Para pemimpin yang efektif memberikan kepada semua anggota kesempatan untuk melayani. Sewaktu para pejabat ketua dengan penuh doa mempertimbangkan para anggota untuk mengisi jabatan kepemimpinan dan pengajaran, mereka hendaknya ingat bahwa Tuhan akan menjadikan mereka yang Dia panggil memenuhi syarat. Para anggota tidak perlu berpengalaman banyak sebelum melayani sebagai guru dan pemimpin. Mereka dapat belajar dari pengalaman, dengan menjalankan iman dan bekerja dengan tekun, serta dengan menerima petunjuk dan dukungan dari para pemimpin mereka. Para pejabat ketua mencari cara untuk memberikan kesempatan pelayanan kepada para anggota baru, anggota yang aktif kembali di Gereja, dan dewasa lajang muda. Para anggota baru dan yang aktif kembali bergairah tentang Injil yang dipulihkan, dan mereka sering kali siap dengan kesempatan untuk melayani orang lain serta belajar tentang Gereja. Dewasa lajang muda memerlukan kesempatan untuk berkontribusi dalam pekerjaan Tuhan dan tumbuh secara rohani. Untuk informasi tentang merekomendasikan para anggota untuk melayani dalam pemanggilan Gereja, lihat dan Mendelegasikan Tanggung Jawab dan Memastikan Pertanggungjawaban Para pemimpin secara individu tidak dapat dan hendaknya tidak melakukan segala sesuatu sendiri. Para pemimpin yang berusaha untuk melakukan terlalu banyak akan “sangat lelah” Keluaran 1818, dan demikian juga orang-orang yang mereka layani. Para pemimpin hendaknya mendelegasikan kesempatan pelayanan kepada orang lain, seperti para penasihat, juru tulis, dan anggota dewan atau komite. Pendelegasian mencakup lebih dari sekadar memberi seseorang suatu penugasan. Itu mencakup unsur-unsur berikut Menjelaskan tujuan penugasan, menyarankan cara yang dapat dilakukan, dan menjelaskan kapan tugas itu hendaknya diselesaikan. Orang yang ditugasi hendaknya memahami dan menerima tanggung jawab untuk melaksanakan penugasan itu dan melaporkannya. Menyimpan catatan tertulis mengenai penugasan itu dan memeriksa kemajuan dari waktu ke waktu. Menghormati upaya orang yang ditugasi untuk mengembangkan rencana dan memenuhi tugasnya. Para pemimpin memberikan dorongan dan bantuan sewaktu diperlukan. Meminta orang itu melaporkan kembali tentang tugas tersebut. Setelah menerima laporan, pemimpin menerima upaya terbaik dari orang tersebut dan mengungkapkan penghargaan untuk hal-hal yang baik yang telah orang itu lakukan. Memperingatkan terhadap Dosa tetapi Mengasihi Pendosa Para pemimpin perlu teguh dan pantang menyerah dalam peringatan-peringatan mereka terhadap perilaku penuh dosa tetapi penuh belas kasihan dan berbaik hati kepada mereka yang berdosa. Mereka memperlakukan orang lain sebagaimana Juruselamat akan lakukan terhadap mereka. Melakukan hal itu akan menolong para anggota merasakan kasih Tuhan bagi mereka sewaktu mereka menerapkan Pendamaian dalam kehidupan mereka. Mengimbau Kekhidmatan Kekhidmatan adalah sikap beribadat yang tenang dan damai dan rasa hormat terhadap Allah. Itu menuntun pada pembelajaran Injil dan wahyu pribadi. Kekhidmatan sejati datang dari dalam diri setiap individu. Para pemimpin dapat menolong memupuk suasana khidmat dalam pertemuan Gereja. Dalam pertemuan sakramen, konferensi pasak, dan pertemuan-pertemuan serupa, para pemimpin menunjukkan teladan kekhidmatan sewaktu mereka duduk di mimbar. Para pemimpin juga mengimbau kekhidmatan dengan mengatur musik penuh peribadatan dan ceramah-ceramah yang mengilhami. Para guru dapat mengimbau kekhidmatan di ruang-ruang kelas dengan mempersiapkan pelajaran yang mengilhami, mengatur ruang-ruang sebelumnya, menggunakan gambar dan musik yang tepat, dan menyapa para anggota kelas dengan cara yang damai dan kasih. Pertemuan peribadatan dan kelas-kelas Gereja bertambah baik saat seluruh lingkungan melakukan upaya untuk menjadi khidmat. Mempersiapkan Agenda Tertulis untuk Pertemuan Agenda tertulis dapat bermanfaat sebagai petunjuk bagi para pemimpin sewaktu mereka membahas cara untuk melayani orang lain. Jika agenda dibagikan sebelum pertemuan-pertemuan dewan dan perencanaan, para pemimpin akan lebih siap untuk pembahasan. Petunjuk mempersiapkan agenda untuk pertemuan-pertemuan berbeda terdapat dalam bab 4 dan bab 7–12. Merencanakan dengan Tujuan Para pemimpin merencanakan kegiatan, pelajaran, dan upaya lainnya untuk memberkati kehidupan para anggota lingkungan. Mereka selalu merencanakan dengan suatu tujuan dalam pikiran sehingga upaya mereka akan bermanfaat bagi orang-orang yang mereka layani. Dalam merencanakan kegiatan, para pemimpin mengikuti asas-asas dalam dan Dalam merencanakan pelatihan dan pengajaran Injil, mereka mengikuti asas-asas dalam Para pemimpin juga membuat rencana jangka panjang untuk organisasi mereka. Ini mencakup membuat kalender tahunan, menetapkan gol-gol, dan secara berkala mengevaluasi kemajuan dalam meraih gol-gol itu. Dengan bantuan dari sekretaris, para pemimpin menyimpan catatan tertulis dari rencana mereka dan terus menelusuri kemajuan dalam menyelesaikan penugasan. Setelah melaksanakan rencana mereka, mereka mengevaluasi seberapa baik rencana itu mencapai tujuan mereka. Evaluasi ini menolong dalam perencanaan di masa mendatang. Menggunakan Sumber Gereja untuk Mempelajari Tugas Para pemimpin menggunakan sumber-sumber berikut untuk menolong mereka mempelajari dan memenuhi tugas-tugas mereka Buku pegangan ini. Presidensi pasak dan keuskupan hendaknya menjadi terbiasa dengan seluruh buku pegangan ini. Para pemimpin lain hendaknya menjadi terbiasa dengan bab 1–6, bab-bab tentang organisasi mereka, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan tanggung jawab mereka. Buku pegangan mengajarkan asas dan praktik yang dapat menolong mereka melayani dengan efektif. Laporan. Juru tulis dan sekretaris menyediakan laporan-laporan yang memperlihatkan kemajuan individu dan kelompok kepada para pemimpin. Informasi ini menolong para pemimpin memahami orang dan organisasi mana yang memerlukan perhatian khusus mereka. Petunjuk dari para pemimpin setempat. Segera setelah didukung, setiap pemimpin baru hendaknya menerima orientasi tentang pemanggilannya. Para pemimpin yang memberikan orientasi terus memberikan petunjuk dan dukungan melalui pertemuan kepemimpinan serta komunikasi pribadi. Materi pelatihan Gereja. Materi ini tersedia di bagian Serving in the Church Melayani dalam Gereja dari atau dari kantor pusat Gereja atau kantor administrasi yang ditunjuk. Majalah Gereja dan terbitan Gereja lainnya. Tujuan Kepemimpinan Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas Rasul telah menetapkan tujuan-tujuan berikut bagi para pemimpin untuk mereka ingat sewaktu mereka meningkatkan pemanggilan mereka. Para pemimpin mendorong setiap anggota untuk menerima semua tata cara imamat yang penting, menaati perjanjian-perjanjian terkait, dan memenuhi syarat bagi permuliaan dan kehidupan kekal. Para pemimpin Gereja membimbing upaya dari kuorum imamat, organisasi pelengkap, serta dewan pasak dan lingkungan untuk menolong memberikan hasil berikut Keluarga Ajarkan keunggulan dari rumah tangga dan keluarga sebagai unit dasar organisasi Gereja. Tekankan pentingnya imamat yang lebih tinggi dalam menolong individu-individu dan keluarga-keluarga memenuhi syarat untuk permuliaan lihat A&P 8419–22. Imbaulah setiap anggota keluarga—orangtua dan anak-anak—untuk menelaah tulisan suci, berdoa secara teratur, dan menjalankan Injil Yesus Kristus. Orang dewasa Imbaulah setiap orang dewasa untuk layak menerima tata cara-tata cara bait suci. Ajari semua orang dewasa untuk mengidentifikasi leluhur mereka dan melaksanakan tata cara-tata cara perwakilan di bait suci bagi mereka. Remaja Bantulah mempersiapkan setiap remaja putra untuk menerima Imamat Melkisedek, menerima tata cara-tata cara bait suci, dan layak untuk melayani misi penuh waktu. Bantulah mempersiapkan setiap remaja putri untuk layak membuat dan menaati perjanjian-perjanjian sakral dan menerima tata cara-tata cara bait suci. Kuatkanlah remaja melalui peran serta dalam kegiatan-kegiatan yang penuh makna. Semua Anggota Bantulah para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap, dewan lingkungan, misionaris lingkungan dan misionaris penuh waktu, dan anggota bekerja dengan kooperatif dalam upaya seimbang untuk menyelamatkan individu, memperkuat unit keluarga dan Gereja, meningkatkan kegiatan imamat, dan mengumpulkan Israel melalui keinsafan, retensi, dan pengaktifan. Ajari anggota untuk mengurus diri mereka dan keluarga mereka serta membantu yang miskin dan membutuhkan dengan cara Tuhan.Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. MENJADI GEREJA DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUKOleh Weinata SairinMemahami kemajemukan Gereja-gereja di Indonesia sebagian besar hidup ditengah masyarakat yang sangat majemuk. Dalam konteks itu penyadaran tentang kemajemukan menjadi amat penting sehingga sebuah format baru keberagamaan yang merespons realitas pluralitas, bisa dirajut dengan lebih baik. Jenderal Eddy Sudrajat 1998 memberi peringatan arif dalam konteks pluralisme keberagamaan di Indonesia, ketika ia berkata, “Ikatan sosial berupa agama tidak menutup kemungkinan untuk berubah bentuk menjadi arogansi kelompok yang dapat menciptakan disharmoni pada tingkat masyarakat. Terutama dalam masyarakat yang bersifat plural seperti Indonesia, fungsi agama sebagai pemersatu masyarakat harus diperlakukan dengan cara-cara tertentu agar tidak mengarahkan pemeluknya untuk mendominasi dan menegasikan kelompok atau pemeluk agama lain." Gereja tidak pernah berada dalam ruang yang steril dan hampa. Gereja adalah persekutuan yang diutus Tuhan untuk berkarya di tengah-tengah dunia. Gereja adalah persekutuan yang kreatif,dinamik visioner-misioner yang berada di tengah jalan, yang belum tiba di terminal yang terakhir. Sebab itu Gereja ada bukan untuk dirinya, ia ada untuk orang lain, Gereja bukan persekutuan yang eksklusif dan introvert, tapi komunitas yang terarah keluar dan tidak sibuk bagi dirinya dan Kemajemukan Gereja Kristen Pasundan GKP yang lahir tanggal 14 November 1934 adalah sebuah Gereja yang hadir dan bertumbuh di tengah-tengah realitas kemajemukan. Gereja-gereja di Indonesia amat paham bahwa realitas kemajemukan tak bisa ditolak dan tak bisa diratapi. Realitas itu mesti dihidupi. Selama 88 tahun GKP telah menjalani dan menghidupi kondisi itu. Gereja Kristen Pasundan pertama-tama adalah Gereja wilayah. Bukan gereja suku. Pemahaman ini menjadi penting sebab akan berkaitan erat dengan keanggotaan dan pendirian/aspek "ekspansi" Gereja wilayah dimaksudkan bahwa GKP hanya hadir dan berdiri di suatu wilayah tertentu. Dahulu di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kini DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Di Juar wilayah itu tidak boleh didirikan GKP. Jika ada warga GKP yang pindah ke wilayah lain di luar 3 wilayah itu maka mereka bisa mencari atau menjadi angota-anggota gereja lain "yang seajaran" atau Gereja-gereia anggota PGI lainnya. Selain itu GKP mesti memiliki concern terhadap wilayah di tempat ia diutus. Concern dalam arti memahami dengan baik pemetaan di wilayah itu dari segi demografis, agama, dan sebagainya dan mengembangkan hubungan dengan semua potensi yang ada di wilayah itu serta memberikan kontribusi optimal bagi pembangunan di wilayah itu. GKP terbuka untuk menerima anggota dari berbagai latar belakang suku dan denominasi, sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam TG/PPTG GKP. Sebagai Gereja wilayah, maka GKP memiliki keanggotaan yang majemuk dari segi suku dan latar belakang. Sehubungan dengan itu, juga GKP melalui tata gerejanya memberi dorongan agar warga Gereja berperan aktif dalam kehidupan masyarakat,bangsa dan rumusan tata gerejanya secara normatif amat jelas bahwa GKP adalah sebuah Gereja yang terbuka dan yang mendorong warganya untuk memainkan peran signifikan dalam masyarakat majemuk Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945 Bahkan disebutkan GKP memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kesepakatan, ketentuan dan aturan-aturan yang dibangun atas dasar falsafah Pancasila dan UUD NRI 1945, berperan secara positif,kreatif kritis, dan realistis dalam memberi landasan moral, etik, dan spiritual bagi pembangunan masyarakat Pancasila. Secara gamblang peran GKP dalam masyarakat pernah dirumuskan dalam Rencana Kerja Dasar GKP yang berbunyi "menjadi gereja wilayah yang mandiri dan setia melaksanakan panggilannya membangun kehidupan yang berbudaya, berkeadilan, dan beribadah dalam keterbukaan kerja sama dengan Gereja lain dan masyarakat".Langkah ke DepanDi masa depan GKP harus benar-benar konsisten menampilkan diri sebagai Gereja yang diutus dan berkarya di tengah dunia. Penyadaran14 November 1934 tentang diksi diutus dan berkarya menjadi amat penting bagi GKP dalam merengkuh masa depannya. Bidang-bidang pelayanan yang ada Kesehatan, pendidikan, dan sosial, harus disinergikan sedemikian rupa agar menjadi potensi yang solid untuk menghadirkan syalom di tengah realitas kemajemukan Indonesia. Akses kepada pemerintah di berbagai aras pengembangan hubungan lintas agama, penyiapan SDM berkualitas, hubungan personal dengan tokoh-tokoh kunci di berbagai aras menjadi suatu kebutuhan yang tak bisa diremehkan. Kepekaan terhadap konteks, kemampuan untuk membangun relasi, jejaring, dan kecermatan untuk memetakan kondisi sekitar merupakan kewajiban yang tidak bisa ditunda. Dengan mengembangkan hal itu, GKP akan makin bertumbuh dan bermakna bagi dunia. Tri wawasan GKP yang sejak tahun 1989-an dipopulerkan menjadi titik tolak dan nada dasar gerak pelayanan GKP Wawasan ke-GKP-an, wawasan oikoumenis, dan wawasan kebangsaan harus benar-benar dijabarkan dan diimplementasikan konsisten dalam program dan bahkan harus menjadi pemandu warga GKP dalam menjalankan kehidupannya sebagai warga Gereja di Kata Seluruh warga GKP bahkan Gereja-gereja di Indonesia menaikkan puji dan syukur kepada Tuhan, Raja dan Kepala Gereja yang selama 88 tahun setia menuntun perjalanan GKP melintasi zaman dengan berbagai hambatan,tantangan,ancaman dan gangguan HTAG. GKP kini harus makin berhikmat, visioner dan profesional menyongsong Satu Abad GKP dua belas tahun lagi. Masih banyak PR yang mesti dikerjakan terutama program pembinaan warga gereja agar mereka tetap survive sebagai anak-anak terang yang hidup di dunia Tri Wawasan GKP harus makin dikedepankan dalam aras praksis, selain itu Rasa Bangga terhadap GKP harus menjadi roh dan napas setiap warga jemaat GKP. Pada HUT GKP tahun 1985 Penulis ikut merumuskan 3 hal yang menjadi alasan dasar mengapa warga GKP harus memiliki rasa bangga terhadap GKP, yaitu GKP lahir tahun 1934 sebelum Indonesia merdeka, GKP termasuk Gereja tertua di Indonesia; GKP sangat oikoumenis, ia menjadi Gereja pendiri PGI, anggotanya dan pimpinannya amat majemuk; GKP hidup dan berkembang ditengah masyarakat yang memiliki kadar keagamaan yang amat kuatUsia 88 tahun yang dianugerahkan Tuhan kepada GKP harus disambut dengan rasa syukur yang meluap-luap dan tekad kuat untuk benar-benar menjadi Gereja Orang Samaria Yang Murah Hati, Gereja yang bermakna bagi Kemanusiaan, Pemajuan HAM dan Peradaban bagi keutuhan HUT ke-88 Gereja Kristen Pasundan!Jakarta, dikehangatan HUT 88 GKP14 November 2022. Lihat Puisi SelengkapnyaB Saran. 1. Bagi Masyarakat. Konflik dalam masyarakat memang bisa terjadi dalam sebuah masyarakat, apalagi di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, dan agama. Perbedaan akan selalu ada namun perbedaan bukanlah hal yang perlu diperdebatkan, karena perbedaan ada bukanlah agar kita saling merusak tatanan yang sudah baik, namun. 93.
Oleh Hariman A. Pattianakotta Saya pernah membaca sebuah artikel, kesaksian dari seorang pemimpin perusahaan. Kebetulan orang ini adalah seorang Kristen. Ia juga aktif dalam pelayanan di gereja. Menurutnya, memimpin gereja jauh lebih sulit dari memimpin perusahaan. Apa pasal? Ia mencontohkan. “Kalau di perusahaan, target yang ingin dicapai serba terukur. Perintah seorang atasan jelas kepada bawahannya. Jika performance bawahan tidak sesuai, evaluasi dan ganti! Keputusan yang diambil pun harus cepat, kalau tidak cepat akan ketinggalan. Rejekinya diambil orang.” “Sementara kalau di gereja, yang dikedepankan adalah persekutuannya. Demi persekutuan, yang sudah jelas-jelas salah pun kadang sulit untuk diubah, sebab mekanismenya panjang.” “Belum lagi soal rasa. Kita sering enak gak enak mengambil keputusan tegas. Kalau bersikap terlalu tegas, dianggap kurang pastoral. Sementara katanya gereja adalah persekutuan pastoral. Inilah yang terkadang membuat orang seperti saya tidak efektif dalam pelayanan.” “Kalau di perusahaan, kita mengambil karyawan sesuai dengan standar kita. Harus sarjana dan punya kompetensi tertentu. Sementara di gereja, semua ada. Maaf, dari yang tidak sekolah sampai yang profesor ada di gereja. Bagaimana memimpin secara efektif dengan komposisi seperti ini sangat tidak mudah. Karena itu, menurut saya, memimpin di gereja lebih sulit dari memimpin perusahaan.” Organisasi dan Organisme Apa yang diungkapkan di atas mencerminkan tegangan antara gereja sebagai “organisasi” dan “organisme”. Jika kita membaca bukunya Romo Mangunwidjaya, “Gereja Diaspora”, kedua hal itu dipertahankan untuk selalu berada dalam ketegangan yang kreatif. Betul, gereja adalah koinonia, persekutuan yang saling mengisi dan saling berbagi. Gereja adalah tubuh Kristus. Sebagai tubuh organis, anggota-anggota gereja diikat oleh Roh Kudus, yang membuat kita bisa saling merasa. Menangis dengan yang menangis, tertawa dengan yang berbagia. Sebagai koinonia atau organisme yang hidup, kita diajak untuk peduli, berbagi, menyembuhkan, menguatkan. Karena itu, yang cepat mesti bertenggang rasa dengan yang tidak cepat atau yang lambat. Yang cepat tidak boleh berlari sendirian. Namun, di sisi lain, gereja juga adalah organisasi. Gereja ditata dengan aturan. Gereja dituntun oleh visi dan misi. Gereja juga mesti dibuat menjadi organisasi yang efektif, efisien, dan transformatif. Strategi dan program-programnya mesti terukur dan harus selalu dievaluasi. Demikian juga dengan para pelayannya. Orang-orangnya mesti terbuka untuk dikembangkan dan diperbaharui. Sebab, dunia terus berubah dengan cepat. Karena itu, orang-orang yang memimpin dan melayani gereja harus pula berubah dan berbesar hati untuk dievaluasi serta diperbarui. Dengan demikian, antara organisme dan organisasi tidak perlu dipertentangkan. Gereja adalah persekutuan yang hidup, karena itu gereja juga harus ditata dan terus diperbarui. Hal ini sesuai dengan semboyan Reformasi “Ecclesia reformata semper reformanda” Supaya gereja bisa melakukan reformasi secara baik, gereja mesti belajar dari cara organisasi dunia ditata untuk menjadi semakin efektif, efisien, dan transformatif, tentu tanpa meninggalkan jatidirinya sebagai gereja Yesus Kristus. Artinya, gereja harus serentak menjadi organisasi dan organisme yang hidup. Contoh konkretnya seperti apa? Begini. Gereja sebagai persekutuan harus tetap dijaga. Kasih mesti tetap menjadi pengikat. Nilai-nilai Kerajaan Allah tetap menjadi misi gereja. Serentak dengan itu, gereja harus membuat visi, misi, strategi, dan program yang terukur dalam rangka implementasi misi Allah. Bahkan, gereja melalui para pemimpinnya harus selalu siap dievaluasi, program-programnya harus siap diganti apabila tidak relevan. Dan untuk itu, tidak perlu bertele-tele menunggu satu rapat atau persidangan yang satu ke rapat atau persidangan yang lain. Gereja harus bergerak cepat dan lincah di tengah arus perubahan yang tidak bisa ditahan-tahan oleh siapa pun. Untuk itu, selain harus tetap berpegang pada Firman, gereja juga perlu membuat aturan main yang tidak mengekang perubahan. Mekanisme organisasi dibuat untuk memperlancar roda organisasi. Hal lainnya adalah leadership yang visioner, berani mengambil langkah perubahan meski tidak populer, dan tegas. Yang terpenting adalah apa yang hendak dikerjakan itu adalah sungguh-sungguh untuk kemajuan umat dan masa depan gereja itu sendiri, bukan untuk kepentingan diri pribadi atau kelompok. Yang berlari kencang harus tetap berlari kencang. Yang berlari lambat, diberikan oksigen dan energi tambahan supaya bisa menyusul dengan cepat. Bukannya membuat yang cepat menjadi lambat. Oleh karena itu, sistem ditata, program-program dirancang dan diimplementasikan, supaya yang lambat bisa menjadi lebih cepat. Yang lemah dibuat menjadi kuat. Sinergi dan energi harus diarahkan untuk itu seefektif mungkin. Yang tidak efektif dipotong, sama seperti yang Yesus Kristus sendiri ajarkan. Ranting yang tidak berbuah dipotong, dibersihkan, supaya bisa berbuah, atau minimal tidak menghambat ranting yang lain untuk berbuah lebih lebat. Jika kita bisa memadukan secara kreatif organisasi dan organisme dalam hidup bergereja, maka gereja akan semakin efektif, efisien, dan mampu mentransformasi kehidupannya dan kehidupan masyarakat. Selamat malam dan selamat beristirahat. Tuhan memberkati kita semua. Salam8UHYsc.