Ilustrasi mendengarkan khotbah Jumat Agung. Foto PixabayIlustrasi pendeta yang ingin menyampaikan khotbah Jumat Agung. Foto PixabayKumpulan Khotbah Jumat AgungYohanes 1926Suatu kali saya memerhatikan antrian panjang di tempat penjualan minyak tanah ketika program konversi dari minyak tanah ke gas itu tengah gencar dikampanyekan. Minyak tanah menjadi langka. Itulah sebabnya antrian di siang hari yang panas itu tampak begitu panjang di tempat penjualan. Saking panjangnya sampai mengambil bagian jalan yang seharusnya digunakan untuk mobil. Dari dalam mobil saya yang turut terhenti karena macet akibat barisan antrian, saya melihat keramaian di antrian itu. Mereka yang ada di antrian tampak berbicara satu sama lain. Terlihat akrab, mungkin mereka saling mengenal. Tiba-tiba sebagian mulai berteriak-teriak meminta penjualan segera dimulai karena hari semakin panas. Akhirnya, pintu pagar kios penjual minyak tanah itu pun mulai dibuka dan orang-orang berebut bergerak ke depan. Mereka berlarian, menabrak, dan menginjak-injak anak-anak yang ikut antrian tersebut. Mulailah terdengar teriakan dan jeritan kesakitan. Selanjutnya, tampak beberapa orang tergeletak di pinggir jalan. Tidak ada yang peduli, semua sibuk berebut mendapatkan minyak dan penderitaan hidup ternyata dapat membuat orang hanya memerhatikan dirinya sendiri. Kesulitan dan penderitaan hidup sering kali membutakan mata kita terhadap keberadaan orang lain. Tatkala kita sedang menghadapi masalah di dalam keluarga, sering kali masalah itu membutakan mata kita terhadap keberadaan atau kesulitan orang lain. Kita kerap berkata kepada diri sendiri, “Saya saja punya begitu banyak pergumulan dan masalah, mana sempat memerhatikan orang lain. Orang lain dong yang memerhatikan saya.”Tatkala kita sedang mengalami kesulitan di pekerjaan, misalnya tidak ada pesanan atau transaksi di toko kita, maka kita akan cenderung terus memikirkan hal itu. Pertanyaan mengapa dan apa yang tidak beres sehingga hal ini terjadi, memenuhi pikiran kita. Pikiran kita sedemikian dipenuhi dengan pertanyaan semacam itu sehingga tidak ada ruang untuk memikirkan orang lain. Ketika kita sedang bergumul tentang kesehatan, ketika kita menderita sakit yang luar biasa, kita mengharapkan orang lain menyatakan kasih kepada kita. Kita mengharapkan orang lain memerhatikan kita. Jarang ada orang yang dapat memerhatikan orang lain manakala ia sendiri sedang sakit dan 2745Dalam rangka memperingati hari Kesengsaraan Tuhan kita Yesus Kristus, khususnya seminggu terakhir ini, secara pribadi kembali saya merenungkan apa yang Tuhan Yesus telah perbuat bagi saya. Dengan penuh beban saya ingin membagikan kepada kita apa yang saya peroleh melalui perenungan satu ayat, yakni Matius 2745. Sebuah ayat yang begitu menarik perhatian saya, “Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.” Dalam teks bahasa Yunani kata “daerah” yang dipakai itu adalah “ge” yang bisa berarti land atau negeri; juga bisa berarti earth atau bumi. Jadi, “Mulai dari jam dua belas kegel¬apan meliputi seluruh bumi itu sampai jam tiga.”Ada pengajaran-pengajaran penting yang boleh kita timba dalam peristiwa kegelapan selama tiga jam itu. Saya rindu membicarakan dua hal dalam peristiwa kegel¬apan yang menaku¬tkan observasi objektif, sesungguhnya kegelapan merupakan fenomena alamiah yang terjadi di muka bumi ini. Namun sepanjang sejarah umat manusia, sejak penciptaan Allah atas langit dan bumi ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kegelapan yang meliputi bumi pada siang hari pukul hingga pukul tiga adalah tidak pernah terjadi. Bagi saya, kegelapan selama tiga jam itu merupakan suatu mukjizat. Mukjizat ini terjadi sebagai deklarasi tindakan kehendak Allah yang independen atas alam semesta Tuhan menciptakan langit dan bumi dengan urutan siang dan malam, namun pada hari itu dalam peristiwa penting tersebut Ia telah sisipkan kegelapan pekat pada siang hari. Suatu kejadian yang tidak biasa. Suatu mukjizat besar yang terjadi pada saat kesengsaraan adalah suatu hal yang biasa, lumrah bagi manusia. Kematian tidak mencengangkan kita, baik itu terjadi pada seorang bayi, kanak-kanak balita, remaja, pemuda, atau orangtua. Upacara penguburan atas orang-orang yang meninggal pun, baik itu dilangsungkan secara besar-besaran atau kecil-kecilan, juga bukan merupakan suatu hal yang menakjubkan kita. Namun, hanya ada satu kesengsaraan, kematian yang luar biasa, yakni Anak Allah harus mati. Kematian ini sungguh melampaui segala ekspektasi alam semesta dan umat manusia. Yesus, Anak Allah yang setara dengan Allah dan yang adalah Allah itu sendiri digantung pada salib dan mati. Kegelapan pekat yang mencekam di tengah hari bolong itu harus menemani peristiwa kematian sarjana Alkitab yang tidak mengakui adanya mukjizat beranggapan bahwa sebenarnya kegelapan tersebut hanya karena adanya gerhana matahari. Untuk memberikan sanggahan, kita perlu merenungkan bahwa kegelapan itu bukan saja di luar urutan alamiah, tetapi juga mengungkapkan suatu ketidakmungkinan. Mengapa? sebab kita tahu bahwa perayaan hari Pasah diselenggarakan pada waktu bulan purnama. Perayaan ini terjadi pada antara bulan Maret dan April, yaitu Bulan Nisan dalam pentarikhan Yahudi. Dari pelajaran science jelas dikatakan bahwa adalah tidak mungkin terjadi gerhana matahari pada saat bulan purnama. Maka tak diragukan lagi bahwa hal ini terjadi karena mukjizat dari Tuhan 1929-30Apa yang saudara rasakan ketika berhasil menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu dan berkata “sudah selesai”? Lega? puas? atau bisa juga kecewa karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang saudara harapkan. Tuhan Yesus bukan sekedar lega atau puas, apalagi kecewa karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang Dia harapkan. “Sudah selesai” yang dikatakan oleh Tuhan Yesus mengandung makna yang sangat makna “Sudah selesai” yang diucapkan Tuhan Yesus di kayu salib? Pertama, “Sudah selesai” merupakan proklamasi kemenangan Kristus atas iblis, dosa dan Kristus nampaknya berarti kejahatan menang atas kebenaran, namun dengan mengatakan “Sudah selesai”, di akhir penyaliban, Tuhan Yesus justru sedang memproklamasikan kemenangan-Nya secara total, mengalahkan iblis, bapa segala kejahatan, sumber segala dosa dan maut. Matius, Markus dan Lukas mencatat bahwa Tuhan Yesus mengucapkan kalimat tsb dengan suara nyaring, bukan lemah. Padahal seharusnya Dia sudah kehabisan tenaga karena tekanan yang demikian berat baik fisik maupun mental dan spiritual. Suara nyaring menunjukkan bahwa tidak ada sesuatupun, termasuk tekanan dan penderitaan seberat apa pun yang dapat meraih kemenangan itu dengan cara melakukan semua kehendak Bapa dengan sempurna dan dengan ketaatan mutlak. Di taman Gesemani Dia berdoa “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Mt 2639, dan Dia sudah melakukan apa yang menjadi doa-Nya itu dengan dunia ini tidak ada seorangpun yang hidupnya dinubuatkan dengan sangat mendetail seperti Tuhan Yesus, dan Dia sudah menggenapi semuanya tanpa terkecuali, sampai yang sekecil-kecilnya. Sejak awal iblis terus melampiaskan kejahatannya dan berusaha menghancurkan Tuhan Yesus agar Dia gagal menggenapi nubuat tentang diri-Nya. Ketika Tuhan Yesus lahir, melalui tangan Herodes dia melakukan percobaan pembunuhan. Pada awal pelayanan Tuhan Yesus, secara langsung iblis mencobai Dia di padang gurun untuk menjatuhkannya secara moral. Melalui para pemimpin agama, iblis melakukan perlawanan bertubi-tubi dengan fitnah, pertanyaan-pertanyaan yang menjebak, usaha-usaha pembunuhan, dll. Iblis juga menggunakan kekuatan politik melakukan bullying berita-berita hoax dan pembodohan publik serta pengerahan massa untuk mempengaruhi keputusan pengadilan sehingga Tuhan Yesus yang nyata-nyata tidak bersalah dijatuhi hukuman yang bukan hanya paling sadis, tetapi juga paling menghina yaitu salib. Penghinaan terakhir yang diterima-Nya adalah pemberian anggur asam dengan menggunakan bunga karang pada sebatang hisop. Mattew Henry berkata bahwa setetes air jauh lebih berharga dari pada anggur asam. Raja segala raja, harus berada di atas kayu salib dan minum anggur asam dari bunga karang yang dicucukkan pada sebatang hisop merupakan penghinaan yang paling 27 45-56Damai Sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran kiranya menyertaihati dan pikiran saudara-saudaraku sekalian, di dalam Kristus Jesus Tuhan kita, seiman di seluruh tanah air, pada tahun ini, kita merayakan Hari KematianYesus Kristus di tengah-tengah pandemi global yang disebut dengan Covid-19. Situasi masih belum menentu. Vaksin untuk virus ini pun belum ditemukan. Sudah puluhan ribu orang meninggal di seluruh dunia. Mungkin, ada dari antara yang meninggal itu adalah sahabat kita, saudara kita, atau bahkan kekasih hati kita sendiri. Hati kita remuk. Namun, banyak pula pula dari antara mereka yang terinfeksi virus itu berhasil sembuh. Ini tentu saja pantas untuk kita syukuri. Oleh sebab itu, di dalam iman yang teguh kita berharap keadaan akan segera membaik dan hati kita kita pada hari ini didasarkan pada Matius 27 45-56, teks yang menarasikan penderitaanYesus yang sangat tragis di kayu salib. Yesus sampai menjerit dengan suara besar Yunani phone megale karena merasa ditinggal oleh Bapa-Nya. Dia berkata “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Selain itu, lewat teks ini kita juga dapat menyaksikan tindakan keji seseorang yang member Yesus minum bunga karang yang sudah dicelupkan ke dalam anggur asam, ditambah dengan olok-olok dengan bertanya apakah Elia akan datang untuk menurunkan-Nya dari salib. Namun, saudara-saudara, di samping penderitaan itu, dalam teks ini disebutkan juga tujuh peristiwa lain yang mengiringi kematian Yesus, yang menari kuntuk kita perhatikan lebih ketujuh peristiwa itu? Pertama, gempabumi. Kedua, bukit-bukit batu terbelah. Ketiga, kuburan-kuburan terbuka. Keempat,banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Kelima, mereka yang telah bangkit itu disebut masuk ke kota kudus, yaitu Yerusalem, dan menampakkan diri kepada banyak orang. Lebih lagi, keenam, dengan sedikit lebih variatif dibanding catatan injil Markus, terjadinya gempa bumi itulah yang menyebabkan kepala Pasukan dan prajurit-prajurit Romawi dalam rasa sangat takut mempersaksikan “Sungguh, Iaini adalah Anak Allah.” Dan, ketujuh, yang tak kalah penting, dicatat bahwa kejadian-kejadian itu disaksikan dari jauh oleh tiga perempuan murid Yesus yang setia mengikuti Yesus dari Galilea, yaitu Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu dari anak-anak Zebedeus. Artinya, kematian Yesus dan keenam peristiwa di atas adalah nyata, ada saksinya. Peristiwa salib bukan yang hendak disampaikan khotbah ini kepada kita di tengah pandemi virus ini? Mengapa pada saat-saat kita memeringati kematian Yesus di rumah kita pada musim wabah ini kita disuguhi oleh kisah kematian Yesus yang tidak saja menyajikan kematian tragis dari Yesus, tetapi juga yang justru mencatat bahwa peristiwa kematian Yesus di salib itu, dan kebangkitan-Nya nanti, telah menyebabkan orang-orang kudus bangkit dari kubur mereka dan malah menampakkan diri pada banyak orang di sana? Apakah ini hendak berkata kepada kita bahwa, seperti tema khotbah kita, pengorbanan Yesus itu bukan hanya mampu menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, melainkan memiliki kuasa membangkitkan orang-orang yang telah terkubur sekali pun, orang-orang yang telah dikuduskan-Nya, dan yang untuk dan atas nama-Nya meninggal, termasuk akibat Covid-19, termasuk mereka yang kehilangan nyawa karena berkorban untuk menyelamatkan para korban virus ini dari kematian, sehingga kisah itu menghibur kita dalam saat-saat duka ini, menghibur kita semua yang tengah menangis? Satu hal yang pasti, Yesus ingin kita hidup. Hidup dalam damai sebabitu, saudara-saudara sekalian, kita bisa juga memaknai khotbah ini dengan melihat penderitaan kita karena Covid-19, dan kematian sesamakita korban Covid 19, sebagai pemicu dan pemacu untuk menghargai kehidupan dan terus memperjuangkannya. Berapa pun jumlah korban saat ini, itu sudah terlalu banyak. Kita tidak ingin ada korban jiwa lagi. Kita juga tidak boleh pasrah tanpa melakukan apa pun. Kematian Yesus di kayu salib dan kematian para sahabat kita karena Covid-19 kiranya membangkitkan semangat kita untuk memperjuangkan kehidupan kita, kehidupan sesama kita, lewat usaha-usaha serius menghentikan penyebaran virus Covid-19, mengobati yang terjangkit, menolak menulari yang lain tanpa sengaja dengan tidak berkumpul-kumpul, rajin mencuci tangan dengan sabun, dan seterusnya, termasuk dengan mengikuti sepenuhnya anjuran pemerintah. Kita juga berharap Perpu No 1/2020 dan Peraturan Menteri Kesehatan No 9/2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka percepatan Penanganan Covid 19 dapat berkorban di kayu salib untuk keselamatan kita. Kematian-Nya itu sendiri membangkitkan harapan bagi kita bahwa kita tidak dibiarkan begitu saja dalam menghentikan penyebaran Covid-19. Ia bersama kita. Kuasa kematian-Nya itu melindungi para tenaga kesehatan yang berjuang menyelamatkan korban-korban terinfeksi, bersama dengan disiplin tinggi kita menjaga jarak fisik sosial, dan memberkati usaha-usaha kita menolong sesama yang berkekurangan akibat kesetiaan kita menjaga jarak fisik sosial yang adalah sumber pengetahuan juga akan menyertai para peneliti dan ilmuwan untuk sesegera mungkin menemukan vaksin penakluk virus ini. Biarlah hati kita terus memercayai kuasa kematian Yesus yang menyelamatkan kita, yang dahulu telah menyebabkan orang-orang yang sudah lama berada di kubur bangkit dan menampakkan diri kepada orang-orang banyak. Kuasa kematian Yesus itu kini juga bersama kita mengalahkan penyebaran virus Covid-19 ini. Percayalah, Dia tidak pernah meninggalkan kita. Dia menyertai kita senantiasa. Mari bersemangat mengalahkan Covid-19 bersama Tuhan Yesus. Di dalam iman yang teguh kita telah dan akan selalu mempersaksikan “Sungguh, Iaini adalah Anak Allah.” menyampaikan khotbah Jumat Agung sebagai rangkaian ibadah peringatan Hari Paskah. Foto Pixabay“Mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kananNya dan yang lain di sebelah kiriNya.” – Lukas 23 33Saudara dan saudari sekalian dalam Tuhan kita!Sebelum saya mulai berkhotbah, saya ingin mengajarkan agar pada hari ini Saudara sekalian sebaiknya membaca sendiri cerita Jumat Agung, yaitu tentang penderitaan dan kematian Yesus Kristus, sebagaimana tertulis dalam keempat Injil; dan kemudian lebih dari sekali tapi berulang-ulang.“Kedua orang penjahat bersama Dia.” Apakah kita semestinya heran karena Yesus berteman dengan orang jahat ataukah kita tercengang karena kedua penjahat berteman dengan orang baik? Walaupun demikian, keduanya tepat! Sudah tentu ketiga orang ini tergantung di situ Yesus di tengah, seorang penjahat di sebelah kanan dan sebelah orang lagi di sebelah justru bagi orang-orang jahat itu, orang yang bersama mereka disalibkan dan menghadapi maut, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri itu mati. Yesus tidak mati untuk suatu dunia yang baik, tetapi untuk dunia yang jahat. Ia tidak meninggal demi kepentingan orang-orang saleh, tetapi demi mereka yang tidak berTuhan. Ia tidak mati untuk orang-orang benar, tetapi untuk orang yang salah. Ia mati agar mereka semua dibebaskan, dimenangkan, diberikan kesukaan, dikaruniakan hidup yang sepenuhnya! Kedua orang itu pastilah penjahat orang jahat, tidak berTuhan. Yesus sendiri dihukum sebagai pelanggar, penjahat bersama-sama dengan mereka, bersama-sama di bawah hukuman yang sama itu. Sungguh besar kasih Tuhan!Banyak hal yang perlu kita pahami pada peristiwa penyaliban Yesus, peristiwa yang sangat menggetarkan jiwa kita dan sangat mempengaruhi seluruh hidup kita. Sebab peristiwa ini bukanlah peristiwa yang memperlihatkan ketidakberdayaan Yesus Kristus tetapi sebaliknya menyatakan kemuliaan dan keagungan Yesus ada satu peristiwa “Jumat Agung” yaitu saat Yesus memberikan diri-Nya disalibkan di bukit Golgota. Lalu setiap tahun kita merayakan dan mengingat keagungan Yesus Kristus. Dari sekian tahun yang telah kita lalui, dengan “Jumat Agung” yang kita rayakan berulang-ulang, apakah kita sudah menghargainya dengan layak? Sudahkah kita menunjukkan penghormatan dan pengakuan sungguh-sungguh akan pengorbanan Yesus Kristus untuk menebus kita dari dosa-dosa pelanggaran kita?Yesus tidak mati untuk dosa-dosa-Nya sendiri karena Ia sungguh tidak berdosa. Ia mati karena dosa-dosa kita. Ia menyerahkan nyawa-Nya sebagai korban penebusan dosa. Hal ini yang terpenting kita pahami, karena dosa kita Yesus menderita, karena dosa kita Yesus disalibkan, karena dosa kita Yesus mati; seharusnya kita berbalik dari dosa-dosa kita, hidup dalam penyucian diri oleh darah Yesus Kristus yang telah tercurah bagi kitaDalam bacaan kita Mazmur 22 amat jelas bahwa “segala penderitaan yang akan menimpa Kristus” dinyatakan bagi penulis Mazmur ini yaitu Raja Daud yang hidup dan bertahta sekitar tahun sebelum Kristus. Mari kita bandingkan Mazmur 222 “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” dengan Matius 2746 “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Hal ini bukan sebuah kebetulan, tetapi sebuah perencanaan dan penggenapan, sekaligus juga menjadi sebuah jawaban. Sebab pertanyaan Raja Daud “mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Menyatakan kehilangan tanda-tanda perkenanan-Nya, karena ditindas oleh beratnya beban dan pergumulan hidup, kehabisan daya oleh dukacita dan kengerian, sehingga berseru-seru dengan sungguh-sungguh untuk dibebaskan. Perasaan ditinggalkan secara rohani merupakan penderitaan yang paling pedih. Sedangkan Yesus mengucapkan kalimat mazmur ini untuk menyatakan diri-Nya yang telah dijadikan dosa karena kita. Betapa besar dampak yang harus ditanggung-Nya karena dosa kita, supaya kita benar-benar benci dengan dosa kita. Dan yang terutama pertanyaan Raja Daud dijawab Tuhan Yesus, bahwa “Aku menderita bagimu”, lalu mengapa engkau berkata ditinggalkan? Tuhan hadir dalam penderitaan kita untuk memberikan jalan keluar bagi kita mendalami Lukas 23 44-48 untuk melihat keajaiban dan keistimewaan Yesus dalam penderitaan-Nya bagi 44-45a “Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar.” Kegelapan tiga jam adalah suatu keajaiban. Peristiwa tersebut bukanlah gerhana matahari karena gerhana matahari tidak mungkin terjadi pada masa Paskah ketika bulan sedang purnama. Kegelapan tersebut dikirim Allah untuk menutupi salib Anak-Nya ketika Ia dijadikan dosa karena kita bd. 2 Kor. 521. Seluruh alam seakan-akan turut berduka bersama Pencipta ketika Ia menderita dan 45b “Dan tabir Bait Suci terbelah dua.” Kejadian ajaib itu hendak menyatakan kepada para imam dan orang-orang Yahudi bahwa jalan masuk ke dalam hadirat Allah telah terbuka bagi semua yang datang kepada-Nya oleh iman di dalam Kristus Yesus bd. Ibr. 91-1025. Orang-orang berdosa tidak memerlukan Bait Allah, altar, korban-korban, atau imam dunia lagi karena semuanya telah digenapi di dalam karya Anak Allah yang telah 46 “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.” Sebenarnya ungkapan itu merupakan doa menjelang tidur bagi anak-anak Yahudi, dan dengan doa itu terlihat bagaimana kematian Tuhan kita itu penuh keyakinan, penyerahan dan kemenangan. Mereka yang menerima Yesus sebagai Juruselamat dapat menghadapi kematian dengan keyakinan dan kepastian yang sama bd. Flp. 120-23, 2 Kor. 51-8. Kata-kata Yesus juga mengambil kata-kata Daud dalam Mazmur 316 “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku”. Bukan hanya berarti Yesus mengutip kata-kata Daud, tetapi juga Tuhan telah menanamkannya dalam mulut raja Daud sehingga nyata bahwa Yesus 47 “Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya "Sungguh, orang ini adalah orang benar!"” Kepala pasukan adalah orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan eksekusi penyaliban Yesus dari awal sampai akhir. Tentunya ia telah memperhatikan dengan seksama setiap momen yang dilalui. Dan mungkin saja kepala pasukan ini telah banyak menyaksikan penyaliban para penjahat. Tetapi ia melihat hal yang berbeda pada diri Yesus sehingga ia mengakui “Sungguh, orang ini adalah orang benar!” Dia tidak menemukan satu pun kesalahan Yesus pada proses penyaliban ini. Pengakuan ini keluar dari mulut orang romawi, bukan dari mulut orang Yahudi. Dia kagum dan sangat terkesan dengan bagaimana Yesus menghadapi penderitaan serta 48 “Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.” Apakah ini merupakan tanda pertobatan? Atau hanya sekadar kecewa dan menyalahkan diri. Mereka memukul-mukul diri lalu pulang. Kelihatannya mereka akan segera lupa dan melanjutkan hidup mereka. Sebab mereka tidak menindaklanjuti penyesalan mereka. Mereka adalah para penonton yang tertarik untuk melihat pelaksanaan hukuman mati tersebut, tetapi tentu saja apa yang telah mereka lihat dan dengarkan cukup untuk menyadarkan mereka akan dosa-dosa mereka, tetapi nyatanya tidak mengubah apa-apa dalam diri Yesus yang Agung yang sangat berarti bagi kita yaitu “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dalam penderitaan-Nya Yesus memanggil Allah sebagai Bapa. Saat Ia menyerahkan hidup dan jiwa-Nya bagi kita, Dia melakukannya bagi kita dengan memanggil Allah sebagai Bapa, supaya melalui Dia kita bisa diangkat menjadi anak-anak Allah. Kristus sengaja memakai kata “Bapa” untuk menunjukkan peran-Nya sebagai Perantara. Dia adalah Imam dan sekaligus Korban persembahan, korban tebusan untuk melepaskan kita dari penghukuman. Harga mahal harus dibayarkan ke tangan Allah, sebagai pihak yang dirugikan oleh pelanggaran dosa itu. Dialah yang membayar lunas semuanya itu kepada Allah. Ya Bapa, terimalah nyawa-Ku dan jiwa-Ku sebagai ganti nyawa dan jiwa para pendosa yang Kutebus melalui kematian-Ku. Kristus mengungkapkan kerelaan-Nya untuk mempersembahkan kita belajar untuk mengungkapkan “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Ada orang yang mengatakan, hafalkanlah kata-kata ini untuk diucapkan menjelang kematian. Maka kata-kata ini dijadikan persiapan untuk menjelang kematian saja. Walau bagaimanapun hidupnya, yang penting ia sempat mengucapkan kata-kata ini menjelang kematiannya. Tentu pengajaran ini tidak tepat seperti yang Tuhan kehendaki. Bahwa jauh sebelum kematian, kita telah mengucapkan kata-kata ini dengan benar, bahwa kita telah menyerahkan nyawa atau hidup kita ke dalam tangan Bapa. Orang yang telah menyerahkan hidupnya ke dalam tangan Bapa tentu menjadikan hidupnya menjadi persembahan yang harum bagi harus tetap memusatkan pikiran-pikiran kita kepada Kristus, dan membiarkan hati kita tenggelam dalam penderitaan-penderitaan-Nya sampai kita mengalami persekutuan dengan penderitaan-penderitaan-Nya itu. Dengan kita berbagi dengan Kristus dalam penderitaan-Nya hingga kita dimampukan menjalani penderitaan kita dan tetap merasakan Tuhan beserta kita. Kita mengakui kebaikan Tuhan bukan hanya dalam keberhasilan tetapi juga kita mengakui pengaturan Tuhan dalam penderitaan kita untuk membentuk diri kita seperti Tuhan ikut menyaksikan Kristus disalibkan melalui Firman dan Sakramen Perjamuan Kudus. Ada yang merasakan sedikit tersentuh dan cepat melupakannya, perasaan tersentuh itu tidak terus berlanjut. Seharusnya dan selayaknya hati kita sangat tersentuh dan kasih Tuhan tertanam secara mendalam dalam hati kita hingga kita merespons dengan sungguh-sungguh mengasihi Tuhan Yesus. 191-6Hari itu tepat sama seperti hari-hari sebelumnya bagi Pontius Pilatus. Ia menantikan tugas-tugas rutin di kantornya. Beberapa jam harus diluangkan dalam menangani persidangan pagi hari menjelang tibanya waktu makan siang. Setelah itu, menjelang pulang istirahat, ia harus sibuk menyiapkan laporan kerjanya untuk pemerintah Roma. Pada malam hari, kadang diselingi dengan jamuan makan malam tradisional para petinggi Roma, yang dimeriahkan oleh musik dan hiburan-hiburan lain. Bagi Pilatus, pagi ini mungkin sama dengan pagi-pagi sebelumnya, namun sungguh ia tidak sadar sepenuhnya betapa pagi ini merupakan suatu pagi yang sangat menentukan bagi berdiri berhadapan dengan Yesus Kristus, Anak Allah,Ia telah membuat satu keputusan besar dalam hidupnya,Ia telah menjual kehormatan dirinya dan menandai dirinyasendiri dengan predikat a compromiser and a coward!Selama kira-kira 12 jam Pilatus tampil di layar beberapa jam itu pula dengan sangat jelas terbentang satu lukisan pergumulan diri Pilatus, kelemahan diri serta kehancuran karakter seorang pemimpin. Memang ia tampil dalam beberapa jam saja, namun justru telah memerankan satu bagian yang sangat penting dalam peristiwa penyaliban Tuhan akan melakonkan perannya sekali lagi di hadapan kita pada hari ini. Dalam rangka memperingati Jumat Agung, marilah kita merenungkan dosa-dosa Pontius Pilatus sebagai sebuah peringatan untuk diri kita. Mari kita simak satu per satu!Dosa KompromisPilatus tahu dengan jelas bahwa Yesus tidak bersalah dan bahwa Yesus harus dibebaskan. Pilatus ingin melihat Dia dibebaskan. Ia ingin menjadi seorang hakim yang baik! Dalam relung hatinya ia ingin melakukan sesuatu hal yang baik. Namun Pilatus tahu bahwa musuh-musuh Yesus menginginkan kematian-Nya, dan ia tahu bahwa para musuh-Nya itu sangat berkuasa. Dengan hasrat untuk menyenangkan banyak orang, maka ia telah mencoba untuk mencoba untuk melakukan hal yang benar sekaligus hal yang salah. Ia telah mencoba untuk memuaskan tuntutan hati nuraninya, dan pada waktu yang sama untuk memuaskan hati para musuh Yesus. “Aku tidak akan membunuh Dia seandainya mereka tidak mendesak aku untuk melakukan hal ini!” Ia berkata, “Aku hanya ingin setengah membunuh Dia saja, aku akan menyesah Dia demi untuk memuaskan hati para musuh-Nya. Namun di sisi yang lain, aku akan menyayangkan nyawa-Nya, sehingga hati nuraniku tidak tertekan.”Maka Pilatus menyerahkan Yesus ke tangan pasukan laskar Romawi yang berada di barak mereka. Pakaian Yesus ditanggalkan, dan cemeti Romawi yang terkenal sebagai alat cambuk berduri pada zaman itu dicambukkan pada punggung Yesus. Cambukan pada punggung itu mengakibatkan luka dan darah pun mengalir.
Tentusaja jawaban ini benar. Tuhan Yesus mati pada hari Jumat. Jumat Agung adalah hari yang unik. Kalau Matius hanya mencatat dua hal luar biasa. Lukas mencatat bagi kita tiga kejadian ajaib yang membuat Jumat yang satu itu lain dari kebanyakan hari Jumat. Pertama, kegelapan meliputi seluruh daerah itu selama tiga jam. RENUNGAN HARIAN KRISTEN TERBARU, JUMAT 10 APRIL 2020 470. JUMAT AGUNG ELOI ELOI LAMA SABAKHTANI Oleh E. Gunawi Sp. FIRMAN TUHAN Kitab Injil Markus 1533-41. Shalom. Puji Tuhan! Oleh karena kasih karunia-Nya yang sudah dilimpahkan kepada kita, maka kita memperoleh kesempatan untuk menikmati Jumat Agung yang indah ini dengan penuh sukacita. Oleh sebab itu, marilah kita naikkan ibadah, doa, ucapan syukur, hormat, pujian, penyembahan, persembahan dan pelayanan untuk kemuliaan nama-Nya. Pada hari ini, kita akan merenungkan ayat-ayat Firman Tuhan yang tercantum dalam Kitab Injil Markus 1533-41. Topik yang kita tampilkan kali ini, yaitu JUMAT AGUNG ELOI ELOI LAMA SABAKHTANI. Pengantar Pada hari ini, hari Jumat, adalah hari yang sangat istimewa. Karena hari Jumat ini adalah Jumat Agung, Hari Penyaliban dan Kematian Tuhan Yesus di Bukit Kalvari. Hari kematian Isa Almasih di Bukit Golgota untuk kembali ke rumah Bapa. Hari kematian yang dilewati-Nya dengan penuh kesengsaraan dan penderitaan dunia. Ia dicaci, dimaki, diolok-olok, dihina, direndahkan dan dianiaya di sepanjang jalan yang dilalui-Nya. Pada hari ini, hampir dua ribu tahun yang lalu, ia terseok-seok memanggul sendiri kayu salib-Nya. Pada hari ini, hampir dua ribu tahun yang lalu, Dia disalibkan dalam ketidakadilan dunia yang penuh kejahatan. Dia yang tidak mengenal dosa dan kejahatan, Dia yang tidak bercela disalibkan bersama dua penjahat yang terlibat dalam pemberontakan. Hari ini, pada saat ini, menjadi hari yang istimewa dan dirayakan oleh semua orang percaya dari berbagai bangsa di seluruh permukaan bumi. Hari penyaliban dan kematian yang diperingati oleh orang-orang percaya karena sudah terjadi peristiwa besar pada zaman itu. Yakni terjadinya salah satu rahasia besar yang sudah disembunyikan oleh Allah selama berabad-abad lamanya. Sejatinya, sekitar dua ribu tahun yang lalu, terjadinya peristiwa besar itu merupakan salah satu rangkaian peristiwa illahi sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. Suatu peristiwa yang membuka rahasia yang jauh lebih besar. Yakni kegemparan atas kemenangan-Nya melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Bahwa melalui kebangkitan-Nya, Ia sudah lunas menebus dan menyelamatkan manusia berdosa yang percaya kepada-Nya. Dia yang kemudian bangkit, sudah membuat semua musuh-musuhnya berserakan dan bertekuk lutut di bawah kaki-Nya. Bahwa orang-orang yang membenci Dia melarikan diri tunggang langgang dari hadapan-Nya. Bahwa kuasa kegelapan, roh jahat, setan dan iblis tidak berkuasa melawan keperkasaan, keagungan dan kemuliaan kebangkitan-Nya dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Eloi, Eloi, lama sabakhtani Dikisahkan bahwa pada jam dua belas, terjadilah peristiwa yang luar biasa, yaitu kegelapan. Peristiwa itu berlangsung sampai jam tiga sore. Segalanya menjadi gelap. Dan kegelapan itu meliputi seluruh daerah di sekitar Bukit Kalvari. Kemudian pada jam tiga sore, Yesus berseru dengan suara yang sangat nyaring “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”. Artinya Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Demikian dinyatakan dengan Firman Tuhan dalam Kitab Injil Markus 1533-35. Kitab Suci mengatakan kepada kita “Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Datanglah seorang dengan bunga karang Kini, marilah kita simak dan kita perhatikan Firman Tuhan yang tercantum dalam Kitab Injil Markus 1535-36. Tuhan berfirman “Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata “Lihat, Ia memanggil Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.”” Melalui dua ayat Firman Tuhan ini, kita mendapati bahwa beberapa orang yang berdiri di sana mendengar suara Tuhan Yesus yang nyaring. Mereka berkata “Lihat, Ia memanggil Elia.” Mereka mengatakan bahwa Tuhan Yesus memanggil nama Elia. Mereka menyalah-artikan teriakan Tuhan Yesus “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, sebagai suatu ejekan dan hinaan kepada-Nya. Oleh sebab itu, maka datanglah seorang dari antara mereka dengan bunga karang. Ia mencelupkannya ke dalam anggur asam. Dan kemudian mencucukkannya pada sebatang buluh. Ia lalu memberikannya kepada Tuhan Yesus seraya berkata “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.”” Sekali lagi, suatu olok-olok yang penuh penghinaan yang sangat dalam telah mereka ucapkan kepada-Nya. Dengan tidak henti-hentinya pula, mereka terus mengejek dan mengejek-Nya. Mereka ingin menunggu dan menyaksikan Elia datang dan menurunkan-Nya dari kayu salib. Suatu hinaan yang kejam dan keji. Suatu hinaan yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Dia. Dia menyerahkan nyawa-Nya, dan tabir Bait Suci pun terbelah dua Kemudian daripada itu, marilah kita baca dan kita perhatikan Firman Tuhan yang dicatat dalam Kitab Injil Markus 1537-38. Demikianlah bunyi Firman-Nya “Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.” Sungguh! Inilah puncak dari segala pengorbanan-Nya secara badani dan duniawi untuk menebus dan menyelamatkan manusia dari dosa. Tuhan Yesus berseru dengan suara yang sangat nyaring. Dengan kekayaan ketaatan-Nya yang sangat dahsyat dan luar biasa, Ia kemudian menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah Bapa di sorga, tepat pada waktu-Nya. Dan bersamaan dengan itu, maka tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Kegemparan pun terjadi lagi. Bagaimana mungkin tabir Bait Allah yang demikian kokoh dan kuat terbelah menjadi dua? Mengapa? Satu rahasia besar illahi mulai terkuak lagi. Bahwa Yesus Kristus dari Nazaret yang dicaci, dimaki, diejek, diolok-olok, dihina, disiksa, dianiaya, direndahkan dan disalib, sudah menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa-Nya yang bertakhta di sorga. Ia sudah menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa yang mengutus-Nya. Dengan setia, Dia melakukan semuanya untuk menebus dan menyelamatkan semua orang berdosa yang percaya kepada-Nya. Ia rela menyerahkan nyawa-Nya untuk keselamatan kita. Perjalanan panjang dalam karya besar penebusan dan penyelamatan dosa manusia yang penuh penderitaan, cacian, makian, ejekan, olok-olok, hinaan, siksaan dan aniaya, sudah diukir dan diselesaikan-Nya dengan sangat sempurna pada kayu salib di Bukit Kalvalri. Semuanya, ya semuanya, dicatat dengan sangat sempurna dalam Alkitab yang membawa sukacita dan damai sejahtera bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Sungguh, orang ini adalah Anak Allah Segala sesuatu sudah terjadi dengan sempurna menurut kehendak dan rencana-Nya yang telah ditetapkan oleh-Nya sejak semula. Semua yang terjadi dengan gemparnya itu, dilihat secara langsung oleh kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia. Ia, kepala pasukan itu, melihat langsung dengan matanya sendiri mengenai mati-Nya, Dia, Yesus Kristus, Mesias dan Juru Selamat, yang ditolak oleh umat-Nya yang sangat dikasihi-Nya. Karenanya, kepala pasukan itu berkata “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” Demikian dinyatakan oleh Firman Tuhan yang terekam dalam Kitab Injil Markus 1539. Alkitab menyatakan kepada kita “Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!”” Benar! Ia, Yesus Kristus, Tuhan kita adalah Anak Tunggal Allah Bapa yang bertakhta di sorga. Sungguh! Dia adalah Mesias, Juru Selamat dan Penebus dosa dari semua orang berdosa yang percaya kepada-Nya. Karenanya, jika kepala pasukan yang tidak mengenal Dia mengatakan bahwa “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah”, lantas bagaimanakah dengan kita orang percaya? Tentu! Semua pribadi di antara kita sudah mengimani bahwa Dia, Yesus Kristus, Tuhan kita adalah Anak Tunggal Allah Bapa. Tentu, kita percaya dengan iman yang teguh kepada-Nya bahwa Dia, Yesus Kristus adalah Mesias, Juru Selamat dan Penebus dosa kita. Percayalah! Imanilah! Haleluya! Beberapa perempuan melihat dari jauh Sekarang adalah waktunya untuk menyimak dan memperhatikan Firman Tuhan yang ditulis dalam Kitab Injil Markus 1540-41. Firman Tuhan berbunyi “Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus.” Alkitab mengatakan bahwa di sana, di Bukit Kalvari, ada juga beberapa perempuan yang melihat dari kejauhan peristiwa besar, bahkan sangat besar, yang tidak akan pernah terulang lagi dalam peradaban manusia. Mereka adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. Semua perempuan itu adalah perempuan-perempuan yang telah mengikut Yesus dan melayani-Nya, ketika Dia berada di Galilea. Di sana, di Bukit Kalvari itu, menurut Firman Tuhan ini, ada pula banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus Kristus, Tuhan kita. Mereka adalah perempuan-perempuan yang sudah percaya dan ikut serta dalam pelayanan Firman Tuhan dari hari ke hari. Pelajaran yang kita petik Pada hari ini, Jumat Agung, kita merayakan penyaliban dan kematian Isa Almasih, yaitu Yesus Kristus Tuhan kita di Bukit Kalvari sekitar dua ribu tahun yang lalu. Memang, gempita perayaan itu tidak sesemarak pada tahun-tahun yang lalu. Karena pada saat ini bersamaan dengan masa merebaknya virus corona yang melanda kehidupan masyarakat di seluruh dunia, Lantas, adakah pelajaran yang dapat kita petik dari renungan kita ini? Kita percaya bahwa semua pribadi di antara kita dapat memetik berbagai didikan dan ajaran yang elok dan berharga. Yaitu didikan dan ajaran yang berkenaan dengan peristiwa besar penyaliban dan kematian Tuhan Yesus di bukit Kalvari lebih kurang dua ribu tahun yang lampau. Sudah tentu, kita yakin dan percaya bahwa semua pribadi di antara kita sangat percaya bahwa Yesus Kristus dari Nazaret yang dicaci, dimaki, diejek, diolok-olok, dihina, disiksa, dianiaya, direndahkan, disalib, dan menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa yang mengutus-Nya, adalah Anak Tunggal Allah Bapa, Mesias dan Juru Selamat semua orang berdosa yang percaya kepada-Nya. Tentu, kita percaya bahwa perjalanan panjang karya besar penebusan dan penyelamatan dosa manusia yang penuh penderitaan, cacian, makian, ejekan, olok-olok, hinaan, siksaan dan aniaya sudah diselesaikan dan diukir-Nya dengan sangat sempurna di kayu salib di Bukit Kalvalri lebih kurang dua ribu tahun yang silam. Sudah tentu, kita percaya bahwa semua pribadi di antara kita meyakini dan percaya dengan iman yang teguh bahwa penyaliban dan kematian Yesus Kristus Tuhan kita adalah untuk menebus dan menyelamatkan semua orang berdosa yang percaya kepada-Nya, serta setia beribadah, berdoa, bersyukur, memuji, memuliakan, menyembah dan melayani Tuhan dengan setulus hati dan segenap jiwa. Berbahagialah kita Berbahagialah kita yang percaya bahwa Yesus Kristus dari Nazaret yang dicaci, dimaki, diejek, diolok-olok, dihina, disiksa, dianiaya, direndahkan, disalib, dan menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa yang mengutus-Nya, adalah Anak Tunggal Allah Bapa, Mesias dan Juru Selamat semua orang berdosa yang percaya kepada-Nya, karena Dia sudah menyediakan bagi kita banyak tempat sorga. Berbahagialah kita yang percaya bahwa perjalanan panjang karya besar penebusan dan penyelamatan dosa manusia yang penuh penderitaan, cacian, makian, ejekan, olok-olok, hinaan, siksaan dan aniaya sudah diselesaikan dan diukir-Nya dengan sangat sempurna di kayu salib di Bukit Kalvalri pada awal abad pertama Tahun Masehi, karena Dia akan menyediakan upah besar bagi kita di Kerajaan Sorga. Berbahagialah kita yang meyakini dan percaya dengan iman yang teguh bahwa penyaliban dan kematian Yesus Kristus Tuhan kita adalah untuk menebus dan menyelamatkan semua orang berdosa yang percaya kepada-Nya, karena Dia sudah menyediakan bagi kita bagian hidup kekal yang penuh sukacita dan damai sejahtera dengan Allah Bapa yang bertakhta di sorga. JESUS CHRIST BLESS YOU AND US. HALLELUJAH. AMEN.IbadahJumat Agung 1, firman Tuhan akan dilayani oleh Bapak Gembala Pdt Paul Daniel Massie @pauldmassie. Ibadah Jumat Agung 2, firman Tuhan akan dilayani oleh Sdr. Pdp Mikhael Mordekhai Massie @mikhael.mordekhai. Ibadah Paskah Umum 1,2 dan 3, firman Tuhan akan dilayani oleh Bapak Pdt Rully Simorangkir @rullysimo. Gspdi Filadelfia Kenduruan CirebonIlustrasi Jumat Agung Foto UnsplashJumat 2/4, perayaan Jumat Agung akan diperingati secara serentak oleh umat Kristen dan Katolik di seluruh dunia. Jumat Agung bukan sekadar liturgi, ini adalah momen spesial untuk mengenang kesengsaraan dan kematian Yesus di kayu peristiwa Jumat Agung, Tuhan Yesus yang tidak melakukan kesalahan rela disiksa, diolok, hingga mati di kayu salib. Itu semua dilakukan untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dan kuasa penting ini bisa dirayakan dengan berdoa dan mengikuti kebaktian. Selain itu, umat Kristen dan Katolik juga bisa membaca renungan Jumat Agung untuk mendalami kasih Yesus dan merenungkan pengorbanan-Nya yang luar renungan Jumat Agung yang dikutip dari situs Life Church LeedsIlustrasi Jumat Agung Foto UnsplashRenungan Jumat Agung“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelematkannya oleh Dia" - Yohanes 3 16-17Pada hari Jumat Agung, kita mengingat pengorbanan yang Yesus lakukan untuk kita. Yesus disiksa, dipakaikan mahkota duri, dan diolok oleh banyak orang. Dia juga harus memikul salib kayu salib dan disalibkan di Bukit sangat mencintai kita sehingga Ia rela menghadapi rasa sakit, penghinaan dan kematian agar manusia dapat menjalani hidup tanpa penghukuman dan memiliki hidup yang kekal. Ini adalah cinta sejati yang paling dalam dan Anda mungkin berpikir bahwa apa yang telah Anda lakukan 'terlalu buruk' untuk diampuni. Jadi alih-alih mengakuinya kepada Yesus, Anda memilih untuk membawa beban itu kemana-mana. Beban itu dapat berupa kepahitan, kecemburuan, depresi, kemarahan atau perasaan tidak berharga ini serupa dengan membawa ransel yang penuh dengan batu-batu berat. Namun saat ini, Tuhan tidak ingin Anda membawa ransel lagi. Dia ingin Anda meninggalkannya di kayu salib di mana Yesus memberikan hidupnya untuk tidak ingin Anda memikul kesalahan dan dosa dengan sia-sia, sebab ia sudah membayar harga dengan mati di kayu salib. Jadi, Anda harus meninggalkan beban itu di kayu salib dan berhenti mencoba mengambilnya lagi. Ingatlah pada firman Tuhan dalam Ibrani 812 yang berbunyi"Karena aku akan berbelas kasihan atas perbuatan salah mereka, dan aku tidak akan pernah lagi mengingat dosa mereka."Jika merasa terbeban dengan masalah dan dosa, Anda harus jujur kepada Tuhan dan meminta Dia untuk memberikan pertolongan. Percayalah bahwa Dia akan memulihkan dan menopang hidup Anda. Dia akan mengangkat beban Anda dan memikulnya untuk Anda. 5pMrX.